AyuJegeg5
Thursday, May 2, 2013
promosi kesehatan
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan
merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam konstitusi
Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1948 disepakati antara lain bahwa diperolehnya
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak yang fundamental bagi
setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat
sosial ekonominya. Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan telah
berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna,
walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi
pelaksanaan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu diperlukan adanya reformasi
di bidang kesehatan untuk mengatasi ketimpangan hasil pembangunan kesehatan
antar daerah dan antar golongan, derajat kesehatan yang masih tertinggal
dibandingkan dengan negara-negara tetangga dan kurangnya kemandirian dalam pembangunan
kesehatan. Reformasi di bidang kesehatan perlu dilakukan mengingat lima
fenomena yang berpengaruh terhadap pembangunan kesehatan. Pertama, perubahan
pada dinamika kependudukan. Kedua, Temuan-temuan ilmu dan teknologi kedokteran.
Ketiga, Tantangan global sebagai akibat dari kebijakan perdagangan bebas,
revolusi informasi, telekomunikasi dan transportasi. Keempat, Perubahan
lingkungan. Kelima, Demokratisasi.
Perubahan pemahaman
konsep akan sehat dan sakit serta semakin maju IPTEK dengan informasi tentang
determinan penyebab penyakit telah menggugurkan paradigma pembangunan kesehatan
yang lama yang mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan
rehabilitatif. Paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat
merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat
proaktif. Paradigma sehat sebagai model pembangunan kesehatan yang dalam jangka
panjang diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk mandiri dalam menjaga
kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan
kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.Dalam Indonesia Sehat 2010,
lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat
yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi
lingkungan yang memadai, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang
berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong
menolong. Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang
bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko
terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi
aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Etika dalah salah satu cabang filosofi yang
memberikan perhatian terhadap yang benar (kebenaran) dan salah dengan melakukan pendekatan moral.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak nilai-nilai dimsyarakat secara tersirat dan
telah ada, serta berkembang sejak zaman dahulu dan bersifat mengikat orang-orang di dalamnya.
Masyarakat yang melanggar etika, dianggap tidak menghargai nilai yang ada di
masyarakat dan biasanya akan mendapat sangsi dari masyarakat.
Etika sebagai filsafat moral, mencari jawaban untuk menentukan dan mempertahankan
serta rasional teori yang berlaku tentang apa yang benar atau salah, baik atau
baruk yang secara umum dapat dipakai sebagai suatu perangkat prinsip moral yang
menjadi pedoman bagi tindakan manusia.
Sementra
itu, moral adalah mengenai apa yang dinilai seharusnya oleh masyarakat. Secara
umum etika dapat dibedakan menjadi berikut ini:
1. Hal
yang berkaitan dengan sopan santun di dalam pergaulan, baik di dalam tata
tertib, maupun tata cara di dalam organisasi profesi.
2. Hal
yang berkaitan dengan sikap, tindak tanduk seseorang dalam menjalankan tugas
profesinya yang biasa disebut dengan kode etik profesi.
Dalam
etika tercakup 4 prinsip utama yaitu:
·
Kebebasan ( freedom)
·
Tidak merugikan ( non- maleficence)
·
Menguntungkan ( beneficence)
·
Adil (justice)
Kebebasan
adalah menginginkan untuk tidak memberikan pemaksaan terhadap sesuatu yang
ingin dilakukan terhdap subjek tertentu termasuk binatang. Tidak merugikan
adalah menginginkan tindakan yang diberikan tidak merusak atau merugikan.
Menguntungkan adalah berprinsip bahwa apa yang dilakukan itu sesuatu yang baik
dan berguna. Adil adalah prinsip untuk setar atau (equity) dan kejujuran
(fairness).
Etika
menjadi kebutuhan dan perlakuan yang perlu ditampilkan oleh seorang petugas
kesehatan dalam memberikan pelayanan
yang bertanggung jawab dan profesional. Pelayanan kesehatan di sini termasuk
penggunaan alat teknologi modern yang menghendaki
tanggung jawab sehingga dapat memuaskan pihak klien yang menuntut haknya atas
pelayanan yang prima. Oleh karena itu etika dalam pelayanan kesehatan
masyarakat akan diarahkan untuk hal-hal berikut ini:
1. Melindungi
posisi inferior masyarakat sebagai pemakai jasa (user).
2. Menghadapi
makin rumitnya masalah dan bentuk pelayanan yang disajikan.
3. Perlunya
tanggungjawab, baik terhadap resiko maupun keuntungan dari setiap intervensi
pelayanan kesehatn.
4. Tuntutan
hak atas kesehatan bagi setiap anak bangsa.
5. Kebutuhan
akan pelayanan bermutu yang memerlukan teknologi modern yang sangat mahal.
ISI
ETIKA
PROMOSI KESEHATAN
1. HUBUNGAN
DENGAN KLIEN
Tenaga
kesehatan masyarakat berhubungan erat dengan klien/masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan pentingnya peran
tenaga kesehatan masyarakat dalam merubah perilaku masyarakat menuju hidup
bersih dan sehat.Program promosi perilaku hidup bersih dan sehat yang biasa
dikenal PHBS/Promosi Higiene merupakan pendekatan terencana untuk mencegah
penyakit menular yang lain melaui pengadopsian perubahan perilaku oleh
masyarakat luas. Program ini dimulai dengan apa yang diketahui, diinginkan dan
dilakukan masyarakat setempat dan mengembangkan program berdasarkan informasi
tersebut.
Program
promosi PHBS harus dilakukan secara profesional oleh individu dan kelompok yang
mempunyai kemampuan dan komitmen terhadap kesehatan masyarakat serta memahami
tentang lingkungan dan mampu
melaksanakan komunikasi, edukasi dan menyampaikan informasi secara tepat dan benar yang sekarang
disebut dengan promosi kesehatan. Tenaga
kesehatan masyarakat diharapkan
mampu mengambil bagian dalam
promosi PHBS sehingga dapat melakukan perubahan perilaku masyarakat untuk hidup
berdasarkan PHBS. Lebih baik berkonsultasi dengan klien
ketika merencanakan dan mengevaluasi kewgiatan promosi kesehatan.
Beberapa pertimbanagan sebagai gerakan menuju kode
etik praktik bagi promoter kesehatan.:
a. Promosi
harga diri dan otonomi di antara kelompok klien harus merupakan prinsip
mendasar dari semua praktik promosi kesehatan.
b. Semua
praktik promosi kesehatan harus mendorong sikap saling menghargai, tanpa
memandang umur, kemampuan, kecatatan, suku agama, gender, dan melawan
diskriminasi jika ada. Promoter kesehatan akan mendukung prinsip pemberian
kesempatan yang sama dan mengambil langkah positif untuk mengurangi
ketidakmerataan dalam kesehatan atau pelayanan kesehatan.
2. KEPEDULIAN
TERHADAP DETERMINAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN
Perilaku adalah resultan antar stimulus (faktor eksternal)
dengan respons (faktor internal) dalam subjek atau orang yang berperilaku tersebut. Perilaku seseorang atau subjek
dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor – faktor baik dari dalam maupun dari
luar subjek. Faktor yang menentukan atau membentuk perilaku ini disebut
determinan.. Dalam bidang perilaku kesehatan ada 3 teori yang sering
menjadi acuan dalam penelitian – penelitian kesehatan yaitu :
1. Teori Lawrence Green
Ada 2 determinan masalah
kesehatan tersebut yaitu Behavioral factor (faktor perilaku) dan Non Behavioral factor (faktor non perilaku).
Dan faktor tersebut ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu :
a.
Faktor – faktor predisposisi, yaitu faktor – faktor yang mempermudah
atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan,
sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai – nilai, tradisi dan sebagainya.
b.
Faktor – faktor pemungkin,
yaitu faktor – faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau
tindakan.
c.
Faktor – faktor penguat, yaitu faktor- faktor yang mendorong atau
memperkuat terjadinya perilaku.
2.Teori Snehandu B.Karr
Mengidentifikasi adanya
5 determinan perilaku, yaitu :
a.
Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan
objek atau stimulus diluar dirinya.
b.
Adany dukungan dari masyarakat sekitar (social support).
c.
Terjangkaunya informasi,
yaitu tersedianya informasi – informasi terkait dengan tindakan yang akan di
ambil oleh seseorang.
d.
Adanya otonomi atau kebebasan pribadi untuk mengambil keputusan.
e.
Adanya kondisi dan situasi yang memuingkinkan
3. Teori WHO
Ada 4 determinan yaitu :
a.
Pemikiran dan perasaan yaitu merupakan modal awal untuk bertindak
atau berperilaku
b.
Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang
dipercayai
c.
Sumber daya yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya
perilaku seseorang atau masyarakat
d.
Sosio budaya merupakan faktor eksternal untuk terbentuknya
perilaku seseorang.
Beberapa
pertimbangan sebagai gerakan menuju kode etik praktik bagi promotor kesehatan:
a. Semua
program promosi kesehatan harus peka terhadap kerangka social, ekonomi, ras dan
budaya dari kelompok klien yang menjadi sasaran. Program-program harus selalu
dipertimbangkan dalam konteks latar belakang social, ekonomi dan lingkungan
yang lebih luas.
b. Semua
kegiatan promosi kesehatan harus memahami bahwa determinan social, ekonomi,
dan lingkungan terhadap kesehatan sering
berada di luar control individu serta harus berupaya memperhitungkan
determinan-determinan ini.
c. Promosi
kesehatan akan efektif jika kegiatan promosi kesehatan memasukkan metode-metode
yang mendorong keterlibatan dan partisipasi masyarakat umum.. upaya lain adalah
memberdayakan masyarakat untuk mengambil lebih banyak control dan tanggung
jawab atas kesehatannya sehingga dapat memengaruhi system dan organisasi yang
berdampak bagi kesehatan.
Daftar pustaka
Tugas mata kuliah promosi kesehatan
intoleransi laktosa
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Di dalam susu dan produk susu lainnya terkandung
komponen gula atau karbohidrat yang dikenal dengan laktosa (gula susu). Pada keadaan
normal, tubuh dapat memecah laktosa menjadi gula sederhana dengan bantuan enzim
laktase. Berbeda dengan sebagian besar mamalia yang tidak lagi memproduksi
laktase sejak masa penyapihan, pada manusia, laktase terus diproduksi sepanjang
hidupnya. Tanpa laktase yang cukup manusia tidak dapat/mampu mencerna laktosa
sehingga akan mengalami gangguan pencernaan seperti sakit perut dan diare yang
dikenal sebagai intoleransi laktosa atau defisiensi laktase. Bisa dikatakan
hampir setiap orang pernah mengkonsumsi susu atau produk susu. Sejak dari masa
bayi hingga dewasa dan usia lanjut, orang terbiasa mengkonsumsi susu atau
produk susu. Saat usia bayi sampai usia balita adalah saat dimana konsumsi susu
biasanya sangat diperlukan karena nilai gizi yang dikandung susu.
Namun pemberian susu formula kepada bayi hanya
dilakukan bila susu formula memang benar-benar dibutuhkan untuk mengatasi
keadaan dimana bayi tidak bisa mendapatkan ASI karena berbagai sebab dan
pertimbangan. Air Susu Ibu (ASI) tetap merupakan makanan terbaik untuk bayi
karena selain memberikan semua unsur gizi yang dibutuhkan, ASI mengandung
komponen yang sangat spesifik, dan telah disiapkan untuk memenuhi kebutuhan dan
perkembangan bayi. ASI mengandung antibodi (zat kekebalan tubuh) yang merupakan
perlindungan alami bagi bayi baru lahir. Menurut WHO, 98% wanita mempunyai
kemampuan fisiologis untuk menyusui, jadi hanya 2% saja yang tidak dapat
menyusui dengan alasan kemampuan fisiologis.
Suatu
masalah yang mungkin penting bagi kesehatan masyarakat ialah intoleransi
laktosa atau defisiensi laktose. Kelainan ini terdapat sangat luas di negeri
yang sedang berkembang seperti di beberapa negara di Afrika, Asia dan Amerika. Angka kejadian
intoleransi laktosa di Swedia diperkirakan berkisar antara 0,5 – 1,5%. Di
Amerika Utara perkiraan jauh lebih rendah dari 0,5%.
Di
Afrika angka kejadian intoleransi laktosa diperkirakan 81%, Muangthai 84% dan
India 83%. Sedangkan di Indonesia angka kejadiannya juga tinggi, yaitu 86,4%
pada anak yang mengalami malnutrisi energi protein, 72,2% bayi baru lahir,
51,3% anak umur 1 bulan – 2 tahun.
B. Manfaat Laktosa
Laktosa merupakan sumber energi yang memasok
hampir setengah keseluruhan kalori dalam susu (35-45%). Disamping itu laktosa
juga penting untuk absorpsi kalsium. Namun studi klinis menunjukkan
mineralisasi bayi yang mendapat formula susu sapi maupun formula kedelai tidak
ada perbedaan.
Galaktosa yang merupakan hidrolisa laktosa
adalah senyawa yang penting untuk pembentukan serebrosida. Serebrosida ini
penting untuk perkembangan dan fungsi otak. Galaktosa juga dapat dibentuk tubuh
dari bahan lain.
Karena itu keberadaan laktosa sebagai
karbohidrat utama di susu mamalia, termasuk ASI merupakan hal yang unik. Proses
evolusi terpilihnya laktosa menjadi satu-satunya sumber karbohidrat utama yang
terdapat pada susu merupakan cerminan dari adanya fungsi laktosa yang penting
pada bayi mamalia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Intoleransi
Laktosa
Intoleransi laktosa adalah kondisi dimana laktase, sebuah enzim yang diperlukan untuk mencerna laktosa, tidak diproduksi dalam masa dewasa. Enzim laktase yang berfungsi memecah gula susu (laktosa) terdapat di mukosa usus halus. Enzim tersebut bekerja memecah laktosa menjadi monosakarida yang siap untuk diserap oleh tubuh yaitu glukosa dan galaktosa. Apabila ketersediaan laktase tidak mencukupi, laktosa yang terkandung dalam susu tidak akan mengalami proses pencernaan dan akan dipecah oleh bakteri di dalam usus halus. Proses fermentasi yang terjadi dapat menimbulkan gas yang menyebabkan kembung dan rasa sakit di perut. Sedangkan sebagian laktosa yang tidak dicerna akan tetap berada dalam saluran cerna dan tidak terjadi penyerapan air dari feses sehingga penderita akan mengalami diare. Menurut the World Allergy Organization, reaksi sampingan non toksik terhadap makanan disebut hipersensitivitas, bukan alergi. Disebut alergi makanan jika mekanismenya melibatkan reaksi imunologi, yang dapat diketahui dengan pemeriksaan IgE. Adapun intoleransi makanan, merupakan hipersensitivitas non alergi terhadap makanan.
Intoleransi laktosa adalah kondisi dimana laktase, sebuah enzim yang diperlukan untuk mencerna laktosa, tidak diproduksi dalam masa dewasa. Enzim laktase yang berfungsi memecah gula susu (laktosa) terdapat di mukosa usus halus. Enzim tersebut bekerja memecah laktosa menjadi monosakarida yang siap untuk diserap oleh tubuh yaitu glukosa dan galaktosa. Apabila ketersediaan laktase tidak mencukupi, laktosa yang terkandung dalam susu tidak akan mengalami proses pencernaan dan akan dipecah oleh bakteri di dalam usus halus. Proses fermentasi yang terjadi dapat menimbulkan gas yang menyebabkan kembung dan rasa sakit di perut. Sedangkan sebagian laktosa yang tidak dicerna akan tetap berada dalam saluran cerna dan tidak terjadi penyerapan air dari feses sehingga penderita akan mengalami diare. Menurut the World Allergy Organization, reaksi sampingan non toksik terhadap makanan disebut hipersensitivitas, bukan alergi. Disebut alergi makanan jika mekanismenya melibatkan reaksi imunologi, yang dapat diketahui dengan pemeriksaan IgE. Adapun intoleransi makanan, merupakan hipersensitivitas non alergi terhadap makanan.
§ Intoleransi
Laktosa Primer : populasi di mana intoleransi laktosa primer adalah norma telah
menunjukkan tingkat kesehatan yang sama dengan barat (di luar masalah
malnutrisi), atau kesehatan yang lebih baik.
§ Intoleransi
laktosa sekunder : Produk-produk susu merupakan sumber yang relatif baik
dan mudah diakses kalsium dan kalium dan banyak mandat negara yang susu
diperkaya dengan vitamin A dan D. Akibatnya, dalam masyarakat mengkonsumsi
susu, susu sering menjadi sumber utama nutrisi dan, untuk lacto-vegetarian,
merupakan sumber utama vitamin B 12.
Individu yang mengurangi atau menghilangkan konsumsi
susu harus mendapatkan nutrisi di tempat lain. Namun demikian, populasi Asia
untuk siapa susu bukan merupakan bagian dari budaya makanan mereka tidak hadir
kesehatan menurun dan kadang-kadang hadir di atas rata-rata kesehatan, seperti
di Jepang. Berdasarkan pengganti susu tanaman tidak alami kaya kalsium, kalium,
atau vitamin A atau D (dan, seperti produk-produk non-binatang yang paling,
tidak mengandung vitamin B 12). Namun, merek terkemuka sering sukarela
diperkaya dengan banyak nutrisi.
Peningkatan jumlah makanan yang diperkaya kalsium sarapan - seperti jus jeruk, roti, dan sereal kering - telah muncul di rak-rak supermarket. Banyak buah-buahan dan sayuran kaya akan kalium dan vitamin A; produk hewani seperti daging dan telur kaya akan vitamin B 12, dan tubuh manusia itu sendiri menghasilkan beberapa vitamin D dari paparan sinar matahari langsung. Akhirnya, seorang ahli diet atau dokter mungkin merekomendasikan suplemen vitamin atau mineral untuk menebus setiap kekurangan gizi yang tersisa. Produk susu Laktosa-reduced memiliki kandungan gizi yang sama seperti rekan-rekan mereka penuh laktosa, tapi rasa dan penampilan mereka mungkin berbeda sedikit.
Kebanyakan bayi dengan Gastroenteritis karena rotavirus tidak mengembangkan intoleransi laktosa, sehingga bayi ini tidak mendapat manfaat dari yang diletakkan pada diet bebas laktosa kecuali gejala-gejala intoleransi laktosa yang berat dan persisten.
Peningkatan jumlah makanan yang diperkaya kalsium sarapan - seperti jus jeruk, roti, dan sereal kering - telah muncul di rak-rak supermarket. Banyak buah-buahan dan sayuran kaya akan kalium dan vitamin A; produk hewani seperti daging dan telur kaya akan vitamin B 12, dan tubuh manusia itu sendiri menghasilkan beberapa vitamin D dari paparan sinar matahari langsung. Akhirnya, seorang ahli diet atau dokter mungkin merekomendasikan suplemen vitamin atau mineral untuk menebus setiap kekurangan gizi yang tersisa. Produk susu Laktosa-reduced memiliki kandungan gizi yang sama seperti rekan-rekan mereka penuh laktosa, tapi rasa dan penampilan mereka mungkin berbeda sedikit.
Kebanyakan bayi dengan Gastroenteritis karena rotavirus tidak mengembangkan intoleransi laktosa, sehingga bayi ini tidak mendapat manfaat dari yang diletakkan pada diet bebas laktosa kecuali gejala-gejala intoleransi laktosa yang berat dan persisten.
B. Klasifikasi
Intoleransi Laktosa
Intoleransi laktosa
terjadi karena adanya defisiensi enzim laktose dalam usus halus. Sampai sekarang dikenal
3 bentuk dari defisiensi laktose, yaitu
a. Defisiensi laktose yang
diwariskan
Defisiensi laktose yang
diwariskan terjadi pada individu dengan genotif homozygot resesif. Kejadian
jarang yaitu 1 perseratus ribu penduduk, sehingga sering sekali tidak dibicarakan,
sedangkan defisiensi laktosa primer dan sekunder lebih sering terjadi.
b. Defisiensi
laktose primer
Defisiensi laktose
primer terjadi sebagai akibat induksi sintesis laktose menurun, sebab laktose
merupakan enzim yang sintesisnya dapat diinduksi. Ketidaksukaan minum susu
mungkin merugikan, sebab tidak ada induksi enzim laktose.
c. Defisiensi laktose
sekunder
Defisiensi laktose
sekunder yang menyertai malabsorbsi dapat terjadi pada kerusakan mukosa usus
halus, misalnya akibat infeksi. Kejadian ini sering kali dijumpai pada anak
diare setelah minum botol. Tentunya laktose tidak defisiensi lagi, bila
kerusakan mukosa usus telah membaik dan infeksi telah teratasi.
C.
Gejala
Orang yang mengalami intoleransi laktosa biasanya mempunyai batas toleransi untuk mengkonsumsi laktosa, yang jika mereka mengkonsumsi dalam batas ini maka mereka akan mengalami gejala yang minimal. Beberapa gejala intoleransi laktosa antara lain sakit perut, perut kembung dan diare. Kadang-kadang gejala intoleransi laktosa sering disalah artikan sebagai gejala dari irritable bowel syndrome (IBS), padahal penderita IBS bukanlah penderita intoleransi laktosa. Penderita IBS cenderung mengalami kesulitan dalam mentoleransi lemak.
Orang yang mengalami intoleransi laktosa biasanya mempunyai batas toleransi untuk mengkonsumsi laktosa, yang jika mereka mengkonsumsi dalam batas ini maka mereka akan mengalami gejala yang minimal. Beberapa gejala intoleransi laktosa antara lain sakit perut, perut kembung dan diare. Kadang-kadang gejala intoleransi laktosa sering disalah artikan sebagai gejala dari irritable bowel syndrome (IBS), padahal penderita IBS bukanlah penderita intoleransi laktosa. Penderita IBS cenderung mengalami kesulitan dalam mentoleransi lemak.
Gejala batas toleransi laktosa yang muncul akibat
dari konsumsi laktosa yang terlalu banyak adalah produksi gas yang berlebihan
(kentut terus) atau serangan diare. Orang yang memiliki kelainan batas
toleransi laktosa dapat meminum sekitar 250 ml susu setiap hari tanpa gejala
yang parah.
Untuk menguji batas toleransi laktosa dapat
dilakukan tes pernafasan hidrogen (hydrogen breath test) atau tes keasaman
kotoran (stool acidity test) agar didapatkan diagnosis klinis. Orang yang
menderita batas toleransi laktosa dapat mengkonsumsi produk-produk
bebas-laktosa, misalnya susu kedelai, susu almond dan susu beras. Batas
toleransi laktosa tidak sama dengan alergi susu, yang merupakan reaksi tubuh
terhadap protein susu.
D.
Penyebab
Intoleransi Laktosa
Intoleransi laktosa sebagian besar disebabkan oleh
faktor genetik, dimana penderita mempunyai laktase lebih sedikit dibanding
orang normal. Beberapa faktor lain penyebab intoleransi
laktosa antara lain :
Ø Gastroenteritis,
dapat menyebabkan terjadinya penguraian enzim laktase yang dapat berlangsung
sampai beberapa minggu.
Ø Infeksi
parasit, dapat menyebabkan pengurangan jumlah laktase sementara waktu.
Ø Defisiensi
besi, rendahnya asupan besi dapat mengganggu pencernaan dan penyerapan laktosa,
laktase, mengalami fermentasi oleh bakteri di saluran pencernaan, sehingga akan
menyebabkan produksi gas hidrogen lebih banyak dari keadaan normal.
Ø Elimination
diet merupakan diagnosa dengan cara meniadakan konsumsi makanan yang mengandung
laktosa untuk melihat perbaikan gejala. Jika gejala muncul kembali ketika
makanan yang mengandung laktosa diberikan lagi, hampir bisa dipastikan penyebabnya adalah intoleransi terhadap laktosa.
makanan yang mengandung laktosa diberikan lagi, hampir bisa dipastikan penyebabnya adalah intoleransi terhadap laktosa.
E.
Metode
Diagnosis
Beberapa metode dapat digunakan untuk mendiagnosa intoleransi laktosa, antara lain:
Beberapa metode dapat digunakan untuk mendiagnosa intoleransi laktosa, antara lain:
·
Hydrogen breath test
Merupakan pengujian terhadap jumlah gas hidrogen yang ditiupkan keluar melalui pernafasan. Laktosa, yang seharusnya dicerna oleh laktase, mengalami fermentasi oleh bakteri di saluran pencernaan, sehingga akan menyebabkan produksi gas hidrogen lebih banyak dari keadaan normal.
Merupakan pengujian terhadap jumlah gas hidrogen yang ditiupkan keluar melalui pernafasan. Laktosa, yang seharusnya dicerna oleh laktase, mengalami fermentasi oleh bakteri di saluran pencernaan, sehingga akan menyebabkan produksi gas hidrogen lebih banyak dari keadaan normal.
·
Elimination diet
Merupakan diagnosa dengan cara meniadakan konsumsi makanan yang mengandung laktosa untuk melihat perbaikan gejala. Jika gejala muncul kembali ketika makanan yang mengandung laktosa diberikan lagi, hampir bisa dipastikan penyebabnya adalah intoleransi terhadap laktosa.
Merupakan diagnosa dengan cara meniadakan konsumsi makanan yang mengandung laktosa untuk melihat perbaikan gejala. Jika gejala muncul kembali ketika makanan yang mengandung laktosa diberikan lagi, hampir bisa dipastikan penyebabnya adalah intoleransi terhadap laktosa.
Diagnosis
intoleransi laktosa juga dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan
pemeriksaan laboratorium yaitu :
1) Pengukuran pH tinja (pH
< 6)
2) Penentuan kadar gula
dalam tinja dengan tablet “Clinitest”
Normal tidak terdapat gula dalam tinja
(+ = 0,5%, ++ = 0,75%, +++ = 1%, ++++ = 2%)
Normal tidak terdapat gula dalam tinja
(+ = 0,5%, ++ = 0,75%, +++ = 1%, ++++ = 2%)
3) Laktosa loading
(tolerance) test
Setelah pasien dipuasakan selama semalam diberi minum laktosa 2 g/kgBB. Dilakukan pengukuran kadar gula darah sebelum diberikan dan setiap 1/2 jam kemudian sehingga 2 jam lamanya. Positif jika didapatkan grafik yang mendatar selama 2 jam atau kenaikan kadar gula darah kurang dari 25 mg%.
Setelah pasien dipuasakan selama semalam diberi minum laktosa 2 g/kgBB. Dilakukan pengukuran kadar gula darah sebelum diberikan dan setiap 1/2 jam kemudian sehingga 2 jam lamanya. Positif jika didapatkan grafik yang mendatar selama 2 jam atau kenaikan kadar gula darah kurang dari 25 mg%.
4) Barium meal lactose
Setelah penderita dipuasakan semalam, kemudian diberi minum larutan barium laktosa. Positif bila larutan barium lactose terlalu cepat keluar (1 jam) dan berarti sedikit yang diabsorbsi.
Setelah penderita dipuasakan semalam, kemudian diberi minum larutan barium laktosa. Positif bila larutan barium lactose terlalu cepat keluar (1 jam) dan berarti sedikit yang diabsorbsi.
5) Biopsi
Biopsi mukosa usus halus dan ditentukan kadar enzim laktose dalam mukosa tersebut.
Biopsi mukosa usus halus dan ditentukan kadar enzim laktose dalam mukosa tersebut.
F.
Penanganan
Intoleransi Laktosa
Banyak orang yang mengalami intoleransi laktosa
mengatasinya dengan pembatasan konsumsi laktosa, seperti hanya minum segelas
susu. Bagi mereka yang mengalami intoleransi laktosa, beberapa anjuran berikut
ini mungkin dapat membantu:
1. Baca
label pangan dengan seksama
Bagi penderita intoleransi laktosa agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, penting untuk membaca label pangan dengan seksama pada bagian daftar bahan pangan (i n g r e d i e n t ) . Produk pangan perlu dihindari/dibatasi jumlah yang dikonsumsi, jika mengandung bahan-bahan seperti berikut ini misalnya padatan susu, padatan susu bebas lemak, whey, gula susu.
Bagi penderita intoleransi laktosa agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, penting untuk membaca label pangan dengan seksama pada bagian daftar bahan pangan (i n g r e d i e n t ) . Produk pangan perlu dihindari/dibatasi jumlah yang dikonsumsi, jika mengandung bahan-bahan seperti berikut ini misalnya padatan susu, padatan susu bebas lemak, whey, gula susu.
2. Mengkonsumsi
produk susu fermentasi seperti keju matang (mature atau ripened cheeses),
mentega atau yoghurt, karena umumnya jenis makanan ini ditoleransi lebih baik
dibanding susu.
3. Minum
susu yang mengandung banyak lemak susu, karena lemak dapat memperlambat
transportasi susu dalam saluran perncernaan sehingga dapat menyediakan waktu
yang cukup untuk enzim laktase memecah gula susu.
4. Hindari
mengkonsumi susu rendah atau bebas lemak oleh karena susu lebih cepat
ditransportasi dalam usus besar dan cenderung menimbulkan gejala pada penderita
intoleransi laktosa. Disamping itu, beberapa produk susu rendah lemak juga
mengandung serbuk susu skim yang mengandung laktosa dalam dosis tinggi.
5. Jangan
menghindari semua produk susu oleh karena nilai gizi susu pada dasarnya sangat
dibutuhkan tubuh.
6. Mengkonsumsi
susu dengan laktosa yang telah diuraikan (susu bebas laktosa).
7. Minum
susu dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Banyak penderita intoleransi laktosa
dapat meminum 240 ml susu per hari, tetapi perlu untuk mengamati/ seberapa
besar tingkatan toleransi tubuh sendiri terhadap laktosa. Banyak penderita
toleran terhadap sejumlah laktosa yang terdapat dalam setengah cangkir susu
full cream, tiga perempat cangkir es krim, tiga perempat cangkir yoghurt, tiga
perempat cangkir keju mentah (unripened cheeses).
8. Konsumsi
produk susu yang diolah dengan proses pemanasan (seperti susu bubuk), karena
pada pemanasan, laktosa akan dipecah menjadi glukosa dan galaktosa, sehingga
produk seperti ini akan ditoleransi lebih baik.
9. Konsumsi
produk kedelai karena produk kedelai bebas laktosa dan merupakan sumber kalsium
yang bagus dan baik untuk menggantikan susu dan produk susu lainnya.
G.
Makanan
yang Mengandung Hidden Lactose
Bagi yang memiliki intoleransi laktosa, sebaiknya
juga menghindari makanan-makanan yang mengandung laktosa tersembunyi (hidden
lactose) antara lain biskuit dan kue (yang mengandung susu atau padatan susu),
sereal olahan, saus keju, sop krim, puding, coklat susu, pancakes dan pikelets,
scrambled eggs, roti dan margarin (mengandung susu).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
§ Laktosa
adalah gula susu yang dipecah oleh enzim laktase, suatu enzim pencernaan yang
terdapat dalam usus halus.
§ Intoleransi
laktosa adalah berkurangnya kemampuan untuk mencerna laktosa, yang disebabkan
oleh kekurangan enzim laktase.
§ Gejala-gejala
intoleransi laktosa meliputi antara lain: perut kembung (banyak gas), sakit
perut dan diare.
§ Untuk
mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan akibat intoleransi laktosa,
dapat dilakukan berbagai hal seperti membaca label pangan dengan seksama,
pembatasan jumlah susu yang dikonsumsi dan pemilihan produk-produk susu.
DAFTAR PUSTAKA
Latief, A. & Wiharta, A.S.
(1991). Intoleransi Laktosa dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :
Balai Penerbit.
Wilson, L. & Price, S.
(1995). Intoleransi Laktosa
dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Sinuhaji, AB. (2006). Intoleransi Laktosa dalam Majalah Kedokteran Nusantara. Hal
424-
429.
Tugas mata kuliah
Subscribe to:
Posts (Atom)